Torsa-Torsa Raja Martua Doli Dohot Anakna
Torsa-torsa dalam bahasa Batak artinya cerita rakyat atau cerita yang berisi suatu pengajaran. Sesuai judul artikel ini Torsa- torsa Raja Martua Doli Dohot Anakna memiliki arti Cerita tentang Raja Martua Doli dan Anaknya, berikut ini ceritanya dan jangan lupa untuk tetap mengikuti blog Heffri Hutapea ini untuk update cerita lainnya.
Cerita Martua Raja Doli |
Raja Martua Doli Dohot Anakna
Zaman dahulu hiduplah seorang bernama Raja Martua Doli yang memiliki seorang anak. Setelah anaknya dewasa, maka disuruhlah menikah tetapi anaknya tidak mau. Karena sudah didesak tetap tidak mau juga, maka ayahnya menasehatinya, katanya "Anakku, kita tidak mengetahui rencana Tuhan, entah rumput yang merambat lebih dulu mati, atau batang pohon yang sudah lapuk lebih dulu patah, kalaupun setelah aku meninggal engkau menikah, ingatlah nasihat ku ini, janganlah anakku menikahi putri orang yang baru sejahterah atau putri orang yang baru kaya, karena jika datang seorang yang miskin meminjam kepada orang seperti itu, apabila dia telat membayar sehari saja kata-katanya sangat menyakitkan. Matanya memandang rendah orang miskin, dan hatinya hina kepada orang sengsara. Begitulah sifat orang yang dari lumpur menginjak daratan, tutur katanya akan berbeda. Kalaupun engkau menikah dikemudian hari, nikahilah keturunan orang yang sudah lama atau dahulu keturunan orang kaya. Sekalipun dia miskin tetapi perilaku dan tutur katanya selalu baik. Saat dia kenyang tidak akan melonjak-lonjak dan saat dia kelaparan tidak akan termenung. Karena dia membiasakan diri dengan kenyang dan kelaparan."
Tidak berapa lama waktu berselang matilah Martua Raja Doli, lalu ibunya menyuruh anaknya menikah. Anaknya bermaksud menguji nasihat sang ayah untuk mengetahui kebenarannya. Dilamarlah putri seorang yang baru kaya, setelah menikah rajinlah dia bekerja.
Pada suatu hari pergilah anak Martua Raja Doli mencari ikan bersama dengan orang-orang di kampungnya, sebab dia pikir mertuanya akan senang melihat pekerjaannya. Setelah sore hari, pulanglah dia dari tempat mencari ikan dengan membawa banyak ikan, dan memberikan kepada mertuanya.
Mertuanya sangat marah menerima ikan tersebut, dan berkata "Kamu membuat aku sangat malu menantuku! Begitu banyaknya pekerjaan di kampung ini, dan kalian tidak kekurangan lauk dirumah ini, tetapi mengapa kamu membuat aku malu dengan perbuatanmu?" Lalu menantunya menjawab "Mencurilah kita malu ibu, makanan seharusnya di ambil, kalau sesekali tidak mengapa, asalkan tidak setiap hari. Sekalipun itu rutin dilakukan bukan hal yang memalukan. Sebab tidak ada orang yang kelebihan semuanya selalu kekurangan dan yang didapat dengan tangan sendiri terasa lebih nikmat."
"Benar nak, tetapi pekerjaan menantu orang kaya itu terhormat. Kalau kamu tidak berniat bekerja, di rumah sajalah kamu berdiam." Kata mertuanya. Jadi tenang-tenang sajalah menantunya itu di rumah tidak mau bekerja seperti sebelumnya.
Karena rasa bosan dirumah dia ingin berjalan-jalan, lalu dia melihat ada senapan di bubungan rumah. Sebab itu ia bermaksud pergi berburu ke hutan. Keesokan harinya pergilah ia berburu dan mendapat seekor babi hutan, si mertua merasa senang menerima hasil buruan menantunya. Setiap pergi berburu ia selalu membawa pulang hasil buruan.
Suatu hari dia ingin menguji mertuanya, dia meminta izin kepada mertunya agar laenya (adik ipar) ikut pergi berburu rusa yang besar supaya dapat. Mertuanya mengijinkan, namun sebelum berangkat berburu mertuanya berpesan kepada menantunya "Perhatikan laemu ya, hati-hati menembak!". Simenantu mengiyakan pesan mertuanya, lalu pergilah mereka berburu.
Setelah mereka sampai ditempat perburuan rusa itu, diperintahnyalah anjingnya Sigompulmarunung-unung menghalau rusa itu lalu dia menembak rusa itu hingga mati. Setelah rusa itu mati, bersoraklah adik iparnya karena kegirangan. Setelah mereka mendapati rusa itu, lalu ia memotong kayu mendirikan pondok tepat didepan rusa tersebut untuk tempat istirahat adik iparnya.
Setelah selesai mendirikan pondok, berkatalah ia kepada adik iparnya, "Lae, sekarang rusa ini tergeletak didepan kita, bagaimana menurutmu? Kalau kita belah nanti, tidak semua bisa kita bawa pulang. Jika aku minta kamu pulang memanggil bapak supaya ada teman kita membawa, siapa tahu lae takut dijalan. Menurutku, lebih baik lae beristirahat saja di pondok sambil menjaga rusa ini biar aku yang pulang menjemput bapak". "Baiklah, tetapi segeralah kalian datang." Kata adik iparnya.
Kemudian pergilah menantu itu pulang meninggalkan adik iparnya di pondok yang baru mereka buat. Setelah sampai didepan gerbang menangislah dia tidak karu-karuan, katanya, "Oh... ibu, mimpiku buruk sekali! Lae ku mati kutembak kukira rusa!" Begitulah dia menangis hingga sampai kerumah.
Begitu didengar mertuanya anaknya telah mati, marahlah mertuanya, "Enyahlah kau sekarang dari kampung ini hai anak anjing, lebih berharga bagiku anakku satu-satunya itu dibandingkn dirimu!". Lalu mertuanya yang baru kaya itu mendatangi dia hendak membunuh. Tetapi berlarilah menantunya ketempat rusa itu mati, kesanapun mertuanya mengejarnya. Semakin dekatlah pengejar dan yang dikerjar ke tempat rusa mati itu, karena suara ribut bertanyalah orang yang berada di pondok itu dengan suara keras, "Suara tangisan apakah itu? Siapakah kalian yang ribut disana?"
Mendengar suara yang bertanya itu, diamlah orang banyak tersebut mendengarkan. Sepertinya merek mengenali suara tersebut. "Mirip dengan suara si anu, apakah dia disitu?" Kata mereka. Lalu mereka mempercepat langkah menuju suara yang memanggil tersebut. Setelah orang banyak sampai ketempat matinya rusa itu, terkejutlah mereka melihat bahwa anak terbut duduk berhadap-hadapan dengan rusa itu.
Mereka takjub melihat cara menantu itu menguji mertuanya. Setelah mertuanya mengerti maksud menantunya, kemudian ia minta maaf atas perkataan tidak pantas yang telah diucapkannya. Jawab menantunya, "Baiklah pak, marilah kita potong-potong rusa ini supaya kita bawa pulang, nantilah kita bercakap-cakap". Kemudian mereka memotong dan membagi-bagikan rusa itu kepada orang yang ada disana, lalu berjalan pulang. Ditengah perjalanan teringatlah ia nasihat bapaknya dahulu supaya jangan menikahi anak orang yang baru makmur atau baru kaya. "Inilah rupanya artinya" ucapnya dalam hati.
Setelah mereka sampai kerumah berkatalah pria itu "Jaga kalianlah putrimu, kembalikanlah semua sinamot yang sudah kalian terima. Ternyata kalian tidak memiliki rasa sayang kepadaku, seandainya benar laeku mati karena kebodohanku pastilah kalian juga akan membunuh aku. Walaupun begitu semogalah kita masing-masing berhasil!" Kemudian pergilah dia.
Setelah dia cerai dengan putri orang yang baru kaya, dilamarlah lagi putri orang yang baru makmur hidupnya. Sama seperti kegiatannya di rumah orang yang baru kaya, begitulah diperbuatnya di rumah orang yang baru makmur, mencari ikan dan berburu. Tetapi dia merasa sama saja tidak ada bedanya sifat mertuanya sekarang dengan yang sebelumnya. Dari sana pun cerailah anak Martua Raja Doli.
Setelah cerai dengan anak orang yang baru makmur, dilamarnyalah lagi keturunan seorang yang sudah lama raja, tetapi sudah kurang dalam hal kekayaan. Setelah menikah rajinlah ia bekerja, bersawah, dan memelihara ikan. Mertuanya merasa senang, dan selalu menerima banyak ikan pemberian menantunya. Dia juga berburu, dan setiap pergi berburu selalu saja membawa rusa atau kijang hasil buruan.
Disuatu hari dia menguji mertuanya, dibawalah adik iparnya berburu. Ditengah hutan mereka menembak rusa hutan yang besar. Kemudian ia mendirikan pondok tepat seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, lalu ia pulang. Setelah hampir sampai ke kampung, pura-pura menangislah dia, katanya "Sungguh buruk mimpiku ibu, ku tembak lae ku, kukira rusa!". Setelah didengar mertuanya, didatangilah dia dan bertanya apa yang telah terjadi, kemudian ia menceritakan apa yang sudah terjadi menimpa adik iparnya.
Setelah selesai diceritakan menantunya, berkatalah mertuanya "Apakah yang dapat kita perbuat lagi nak?, mungkin sudah begitulah takdir laemu, harus senapan yang membunuhnya. Mungkin Tuhan mengjinkan ketidaksengajaan menjadi kematian manusia. Sekarang, berhentilah menangis, rumput yang hidup tidak dapat mengikuti rumput yang mati, sebelumnya ada dua putra dihadapanku tetapi sekarang kembali menjadi satu. Beritahulah dimana tempat mayat laemu itu, supaya kita jemput dan kuburkan dengan baik."
Menantu itu merasa sejuk perkataan mertuanya. Lalu mereka pergi ketempat rusa itu mati, tetapi menantu itu tetap menangis tidak mau di bujuk mertuanya. Setelah mereka sampai, dilihat mertuanyalah bahwa anaknya masih hidup berhadap-hadapan dengan rusa hutan yang besar. Maka sangat maralah mertua itu kepada menantunya "Mengapa harus begini perbuatanmu kepada kami, sampai-sampai kami sangat terkejut kamu buat, seandainya betul laemu mati, apakah yang akan kami lakukan kepadamu? Dapatkah kami membuat orang hidup mengikuti orang mati? Jauh-jauhlah yang seperti itu! Walaupun begitu, marilah kita pulang, kita bawalah rusa ini, supaya kami segera mendoakan kamu dan laemu di kampung."
Sesampainya di rumah, diambil mertuanyalah beras lalu menaruhnya keatas kepala menantu dan anaknya. Lalu dipotonglah seekor babi yang besar untuk mendoakan mereka. Jadi hidup bahagialah anak Martua Raja Doli dirumah mertuanya, dan memiliki anak laki-laki dan perempuan.
Baca Juga
Post a Comment
Post a Comment