Budaya Batak Toba yang Sudah Hilang
Budaya Batak Toba yang sudah hilang - Heffri Hutapea Blog
Bangsa Indonesia mempunyai banyak etnis, suku, dan kepercayaan. Dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia mempunyai banyak ragam kebiasaan unik yang berbeda-beda tiap daerah. Salah satunya budaya yang dimiliki suku Batak Toba. Tapi sayangnya seiring pertumbuhan jaman, banyak kebiasaan unik dari penduduk Indonesia yang hampir punah atau hilang di telan jaman. Salah satu yang dapat kita bahas adalah kebiasaan unik dari suku Batak Toba yang mulai hilang di telan jaman. Ingin tahu kebiasaan suku Batak Toba apa saja yang mulai hilang di telan jaman? berikut ini ulasannya.
Budaya Batak |
Maranggap atau Melek-melekan
Maranggap atau melek-melekan merupakan kebiasaan klasik bagi suku Batak Toba. Maranggap bentuk dari rasa kekeluargaan dan saling menghormati antar orang-orang di kampung zaman dulu, yang diwariskan nenek moyang dari generasi ke generasi.
Maranggap atau melekmelekan |
Maranggap merupakan salah satu kebiasaan yang hampir punah tergerus zaman. Kegiatan maranggap dilakukan apabila dalam sebuah kampung ada wanita yang melahirkan. Selama tujuh malam para warga sekampung dapat tidur sambil kongko-kongko di rumah wanita yang tengah melahirkan. Biasanya para kaum bapak yang datang maranggap bermain judi kartu, atau sering disebut marleng untuk menghabiskan waktu dan ini dianggap suatu hal yang wajar atau legal. Sebagai ucapan dari pihak tuan rumah biasanya menyediakan kopi atau teh manis dan makanan ringan misalnya lappet bagi tamu yang datang.
Dulu melahirkan dirasakan sebagai suatu hal yang istimewa, wanita yang melahirkan sangat dperhatikan, dilindungi dan dimanaja suami. Kehadiran para warga sekampung lebih-lebih kampung sebelah untuk maranggap membuat wanita yang melahirkan mendapat bantuan dan perhatian secara psikologis.
Marsiadapari
Marsiadapari atau marsadapari membawa makna yang sama dengan gotong royong atau kerjasama. Bagi suku Batak, marsiadapari jadi kebiasaan sejak lama dalam perihal pengerjaan di sawah atau ladang, dan juga untuk aktivitas pesta adat.
Jadi, aktivitas ini dikerjakan dalam rangka saling membantu antara satu dengan yang lain. Hal ini terhitung jadi kebiasaan tersendiri bagi orang Batak saat musim panen atau marsuan (menanam).
Marsadapari |
Uniknya lagi, marsiadapari ini dikerjakan dengan penuh tanggung jawab bahwa pekerjaan itu dianggap sebagai miliknya, agar hasilnya dapat lebih baik. Sehingga aktivitas marsiadapari perlu untuk diwariskan bagi kaum muda waktu ini.
Kegiatan ini disayangkan sudah mulai memudar. Memudarnya aktivitas marsiadapari bukan hanya bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan, marsiadapari terhitung sudah jarang kita lihat di daerah "bonapasogit" (kampung halaman). Kebanyakan orang sekarang lebih memilih dibayar dengan uang sebagai upah bekerja diladang orang lain karena dianggap lebih praktis. Kendati memang tetap bisa kita temukan aktivitas marsiadapari di daerah-daerah tertentu yang tetap eksis mempertahankan kebiasaan ini.
Demikianlah budaya orang Batak yang sudah hilang, semoga saja kita dapat menghidupkan kembali budaya-budaya tersebut.
Baca Juga
Post a Comment
Post a Comment